MAKALAH
Usaha Pencegahan Masalah dalam Manajemen Kelas
Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Pengelolaan Kelas
Dosen Pengampu:
Choerul Anwar Badrut Tamam, M. Pd. I
Disusun Oleh:
Dika Ayu Rahmawati (AL R)
Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH AL-FATTAH
SIMAN SEKARAN LAMONGAN
Oktober 2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan
Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan petunjuk-Nya kami dapat menyelesaikan Makalah
Pengelolaan Kelas “Usaha Pencegahan Masalah dalam Manajemen Kelas”
Makalah ini disusun berdasarkan tugas yang diberikan oleh Dosen
mata kuliah Pengelolaan
Kelas untuk menambah
wawasan penulis. Makalah ini disusun dengan harapan dapat bermanfaat bagi semua
kalangan dan terutama bagi penulis sendiri. Ucapan terima kasih juga tak lupa
kami haturkan kepada semua pihak yang telah terlibat dalam penyusunan makalah
ini, antara lain:
1.
Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan lancar dan tanpa gangguan.
2.
Choerul Anwar Badrut Tamam, M. Pd. I selaku Dosen
mata kuliah Pengelolaan
Kelas, yang telah
membimbing kami dalam menyusun makalah ini.
3.
Keluarga yang senantiasa mendukung kami.
4.
Teman-teman yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah.
5.
Semua pihak yang telah terlibat yang tak dapat kami sebutkan
satu-persatu.
Kami menyadari
makalah ini masih banyak memiliki kekurangan. Untuk itu, kami mengaharapkan
saran dan kritik yang membangun dari semua pihak agar kedepannya kami lebih
baik lagi dalam menyusun sebuah makalah.
Sekaran, 30 Oktober 2018
Penulis
DAFTAR
ISI
HALAMAN
JUDUL ............................................................................................... i
KATA
PENGANTAR ............................................................................................. ii
DAFTAR
ISI ............................................................................................................ iii
BAB
I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang........................................................................................
1
B.
Rumusan Masalah...................................................................................
2
C.
Tujuan.....................................................................................................
2
BAB
II PEMBAHASAN
A. Pengertian Pengelolaan Kelas................................................................. 3
B. Masalah Pengelolaan Kelas..................................................................... 4
C. Usaha Pencegahan Masalah dalam Pengelolaan
Kelas........................... 5
D. Rancangan Pengelolaan.......................................................................... 10
E. Tehnik Pengelolaan Kelas....................................................................... 11
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan.............................................................................................
14
B.
Saran ...................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 15
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sudah banyak
disadari bahwa “pengelolaan kelas” merupakan salah satu aspek dari pengelolaan
proses belajar mengajar yang paling rumit tetapi menarik perhatian, baik oleh
guru yang sudah banyak pengalaman maupun guru-guru muda yang baru bertugas.
Rumit karena salah satu pengelolaan kelas ini memerlukan berbagai kriteria
keterampilan, pengalaman bahkan dari kepribadian serta sikap dan nilai seorang
guru cukup berpengaruh terhadap pengelolaan kelas. Dua guru yang lama pintar
dan berpengalaman tetapi berbeda dalam kepribadian dan nilai serta sikap,
termasuk cara menyikapi subjek didik akan lain sekali “situasi belajar” yang
dihasilkan oleh keduanya. Di sinalah
letaknya “seni” dalam mengelola proses belajar-mengajar.
Manajemen kelas
dikatakan menarik, karena pada satu pihak memerlukan kemampuan pribadi serta
ketekunan menghadapinya, sedangkan di lain pihak pengelolaan kelas sangat
menentukan berhasil tidaknya pencapaian tujuan instruksional yang
telah ditentukan. Oleh karena itu guru mempunyai peranan yang sangat besar
dalam menentukan berhasil tidaknya manajemen kelas maupun manajemen pengajaran.
Penciptaan sistem lingkungan yang merangsang anak untuk belajar sangat
diperlukan karena hanya dengan situasi belajar seperti itu tujuan akan
tercapai.
Berdasarkan
penjelasan tersebut di atas jelaslah bahwa guru merupakan kunci keberhasilan
dalam pengelolaan proses belajar mengajar, sehingga sudah seharusnya
guru harus memiliki kemampuan profesional termasuk kemampuan memanajemeni
kelas. Dan untuk memiliki kemampuan manajemen kelas, antara lain harus memahami
usaha pencegahan masalah dalam manajemen kelas.
A. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian tersebut, rumusan masalah dalam makalah ini yaitu.
1.
Bagaimana pengertian pengelolaan kelas?
2.
Bagaimana masalah pengelolaan kelas?
3.
Bagaimana usaha pencegahan masalah daam pengeloaan kelas?
4.
Bagaimana rancangan pengelolaan kelas?
5.
Bagaiman tehnik pengelolaan kelas?
B.
Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penulisan makalah adalah sebagai berikut.
1.
Untuk mendeskripsikan pengertian pengelolaan kelas.
2.
Untuk mendeskripsikan pengertian pengelolaan kelas.
3.
Untuk mendeskripsikan usaha pencegahan masalah daam
pengeloaan kelas.
4.
Untuk mendeskripsikan rancangan pengelolaan kelas.
5.
Untuk mendeskripsikan tehnik pengolahan kelas.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Pengelolaan Kelas
Pengelolahan (Management) kelas merupakan keterampilan guru dalam
mendayagunakan potensi kelas berupa pemberian kesempatan yang seluas-luasnya
pada setiap personal untuk melakukan kegiatan kreatif dan terarah sehingga
waktu dan dana yang tersedia dapat dimanfaatkan secara efisien.[1] Menurut
Suharsimi Arikunto, pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang dilakukan oleh
penanggung jawab kegiatan belajar mengajar dengan maksud agar dicapai kondisi
yang optimal sehingga dapat terlaksana kegiatan belajar mengajar seperti yang
diharapkan.[2]
Pengelolaan
kelas bisa juga diartikan sebagai kegiatan untuk menciptakan dan mempertahankan
kondisi yang optimal bagi terjadinya
proses belajar yang didalamnya mencakup pengaturan siswa dan fasilitas.
Sedangkan, kelas itu sendiri mempunyai pengertian yaitu sebuah ruangan
sebagai tempat berkumpulnya siswa untuk mengikuti dan menyelenggarakan kegiatan
belajar mengajar yang kreatif. Kelas bukanlah semata-mata suatu ruangan tempat belajar
mengajar antara guru dengan murid, serta bukan hanya suatu bangunan fisik yang
terdiri peralatan belajar mengajar. Tetapi lebih dari itu, kelas merupakan
suatu organisasi kecil yang unik dalam pendidikan.[3]
Dalam
pembelajaran di kelas, bahwasannya peranan guru sangat menentukan kedudukannya
sebagai pemimpin pendidikan diantara siswanya dalam kelas. Guru yang setiap
hari bergaul dengan murid-muridnya mengemban tugas sebagai pendidik yang
berkewajiban membantu pertumbuhan dan pengembangan murid dalam mewujudkan
kedewasaannya masing-masing.
B.Masalah
Pengelolaan Kelas
Menurut M.
Entang dan T. Raka Joni (1983:12), masalah pengelolaan kelas dibagi menjadi dua
kategori masalah, yaitu masalah individual dan masalah kelompok. Pengelolaan
kelas yang dilakukan oleh guru akan tepat jika guru tersebut dapat
mengidentifikasi masalah dengan tepat dan dapat menentukan strategi
penanggulangan yang tepat pula.
Masalah
individu akan muncul karena dalam setiap individu ada kebutuhan untuk diterima
dalam kelompok dan ingin mencapai harga diri. Ketika kebutuhan ini tidak dapat
terpenuhi melalui cara-cara yang wajar maka individu tersebut akan berusaha
mendapatkannya dengan cara-cara yang tidak baik. Rodolf Dreikurs dan Cassel
yang dikutip oleh M. Entang dan T. Raka Joni mengelompokannya menjadi empat,
yaitu:
1. Tingkah laku
yang ingin mendapatkan perhatian orang lain ( attention getting behaviors).
2. Tingkah laku
yang ingin menunjukkan kekuatan (power seeking behaviors).
3. Tingkah laku
yang bertujuan menyakiti orang lain (revenge seeking behaviors).
4. Peragaan
ketidakmampuan (passive behaviors).
Sebagai penduga
Dreikurs dan Paerl Cassel menyarankan penyikapan sebagai berikut:
1.
Apabila seorang guru merasa terganggu oleh perbuatan siswa, maka
kemungkinan siswa tersebut ada pada tahap meminta perhatian.
2.
Apabila guru merasa dikalahkan atau terancam oleh perbuatan siswa,
maka kemungkinan siswa tersebut ada pada tahap ingin menunjukkan kekuatan.
3.
Apabila guru merasa tersinggung oleh perbuatan siswa, kemungkinan
siswa tersebut ada pada tahap ingin balas dendam.
4.
Apabila guru merasa benar-benar tidak mampu berbuat
apa-apa lagi dalam menghadapi ulah siswa, maka besar kemungkinan siswa tersebut
ada pada tahap ingin menunjukan ketidakmampuan.
Dari keempat
cara atau tindakan yang dilakukan oleh individu tersebut mengakibatkan
terbentuknya empat pola tingkah laku yang sering nampak pada anak usia sekolah
(Maman Rahman:1998), yaitu:
1.
Pola akatif konstruktif: pola tingkah laku yang ekstrim, ambisius
untuk menjadi super star di kelasnya dan mempunyai daya usaha untuk membantu
guru dengan penuh vitalitas dan sepenuh hati.
2.
Pola aktif destruktif: pola tingkah laku yang diwujudkan dalam
bentuk membuat banyolan, suka marah, kasar, dan memberontak.
3.
Pola pasif konstruktif: pola yang menunjuk kepada satu bentuk
tingkah laku yang lamban dengan maksud supaya dibantu dan mengharapkan perhatian.
4.
Pola pasif destruktif: pola tingkah laku yang menunjuk kemalasan
dan keras kepala.
Sedangkan
masalah kelompok, menurut Lois V. Jhonson dan Mary A. Bany mengemukakan tujuh
kategori masalah kelompok dalam
pengelolaan kelas, yaitu:
1.
Kelas kurang kohensif.
2.
Kelas mereaksi negatif terhadap salah seorang anggotanya.
3.
Penyimpangan dari norma-norma tingkah laku yang telah disepakati
sebelumnya.
4.
Membesarkan hati anggota kelas yang justru melanggar norma
kelompok.
5.
Kelompok cenderung mudah dialihkan perhatiannya dari tugas yang
tengah digarap.
6.
Semangat kerja rendah.
7.
Kelas kurang menyesuaikan diri dengan keadaan baru.
C. Usaha
Pencegahan Masalah dalam Pengelolaan Kelas
Pengelolaan
kelas merupakan kegiatan atau tindakan guru dalam rangka penyediaan kondisi
yang optimal agar proses belajar mengajar berlangsung efektif. Tindakan
tersebut dapat berupa tindakan yang bersifat pencegahan atau
tindakan yang bersifat korektif.
Dalam
pengelolaan kelas harus dilaksanakan dengan prosedur atau usaha
pencegahan tertentu,
yang mana prosedur ini merupakan langkah yang dilalui guru dalam kegiatan
belajar mengajar, paling tidak akan mengarahkan proses pengelolaan kelas yang
lebih terarah dan teratur. Untuk itu terdapat dua usaha
pencegahan masalah dalam pengelolaan kelas, yaitu usaha yang bersifat pencegahan (Preventif) , usaha yang bersifat penyembuhan (Kuratif).[4]
Tindakan yang
bersifat bersifat pencegahan (prefentif) yaitu dengan jalan
menyediakan kondisi baik fisik maupun kondisi sosio emosional sehingga terasa
benar oleh siswa rasa kenyamanan dan keamanan untuk belajar. Sedangkan tindakan yangbersifat korektif merupakan tindakan
terhadap tingkah laku yang menyimpang dan merusak kondisi optimal bagi proses
belajar mengajar yang sedang berlangsung.[5]
Tindakan yang bersifat korektif terbagi dua, yaitu tindakan yang seharusnya
segera diambil guru pada saat terjadi gangguan (dimensi
tindakan) dan penyembuhan (kuratif) terhadap tingkah laku yang
menyimpang yang terlanjur terjadi agar penyimpangan tersebut tidak berlarut-larut.
1. Usaha Yang
Bersifat Pencegahan (Preventif)
Tindakan
pencegahan adalah tindakan yang dilakukan sebelum munculnya tingkah laku yang
menyimpang yang mengganggu kondisi optimal berlangsungnya pembelajaran. Keberhasilan dalam tindakan pencegahan merupakan salah satu indikator
keberhasilan manajemen kelas. Konsekuensinya adalah guru dalam menentukan
langkah-langkah dalam rangka manajemen kelas harus merupakan langkah yang
efektif dan efisien untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Adapun
langkah-langkah pencegahannya (Maman Rahman: 1998) sebagai berikut:
a. Peningkatan
kesadaran diri sebagai guru
Langkah
peningkatan kesadaran diri sebagai guru merupakan langkah yang strategis dan
mendasar, karena dengan dimilikinya kesadaran ini akan meningkatkan rasa
tanggung jawab dan rasa memiliki yang merupakan modal dasar bagi guru dalam
melaksanakan tugasnya. Implikasi
adanya kesadaran diri sebagai guru akan tampak pada sikap guru yang demokratis,
sikap yang stabil, kepribadian yang harmonis dan berwibawa. Penampakan sikap
seperti itu akan menumbuhkan respon dan tanggapan positif dari peserta didik.
b. Peningkatan
kesadaran peserta didik
Interaksi
positif antara guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran terjadi apabila
dua kesadaran (kesadaran guru dan peserta didik) bertemu. Kurangnya kesadaran
peserta didik akan menumbuhkan sikap suka marah, mudah tersinggung, yang pada
gilirannya memungkinkan peserta didik melakukan tindakan-tindakan yang kurang
terpuji yang dapat mengganggu kondisi optimal dalam rangka pembelajaran. Untuk
meningkatkan kesadaran peserta didik, maka perlu
perlu melaksanakan hal-hal berikut:
1) Memberitahukan
akan hak dan kewajibannya sebagai peserta didik,
2) Memperhatikan
kebutuhan, keinginan dan dorongan para peserta didik,
3) Menciptakan
suasana saling pengertian, saling menghormati dan keterbukaan antara guru dan
peserta didik.
c. Sikap polos dan
tulus dari
guru
Guru hendaknya
bersikap polos dan tulus terhadap peserta didik. Sikap ini mengandung makna
bahwa guru dalam segala tindakannya tidak boleh berpura-pura bersikap dan
bertindak apa adanya. Sikap dan tindak laku seperti itu sangat mempengaruhi
lingkungan belajar, karena tingkah laku, cara menyikapi dan tindakan guru merupakan
stimulus yang akan direspon atau diberikan reaksi oleh peserta didik. Kalau
stimuli itu positif maka respon atau reaksi yang akan muncul adalah negatif.
Sikap hangat, terbuka, mau mendengarkan harapan atau keluhan para siswa, akrab
dengan guru akan membuka kemungkinan
terjadi interaksi dan komunikasi wajar antara guru dan peserta didik.
d. Mengenal dan menemukan alternatif pengelolaan
Untuk mengenal
dan menemukan arternatif pengelolaan, langkah ini menuntut guru:
1) Melakukan
tindakan identifikasi berbagai penyimpangan tingkah laku peserta didik baik
individual maupun kelompok. Penyimpangan perilaku peserta didik baik individual
maupun kelompok tersebut termasuk penyimpangan yang disengaja dilakukan peserta
didik yang hanya sekedar untuk menarik perhatian guru atau teman-temannya,
2) Mengenal
berbagai pendekatan dalam manajemen kelas. Guru hendaknya berusaha menggunakan
pendekatan manajemen yang dianggap tepat untuk mengatasi suatu situuasi atau
menggantinya guru lainnya yang gagal atau berhasil sehingga dirinya memiliki
alternatif yang bervariasi dalam menangani berbagai manajemen kelas.
e. Menciptakan Kontrak Sosial
Penciptaan
kontrak sosial pada dasarnya berkaitan dengan “standar tingkah laku” yang
diharapkan seraya memberi gambaran tentang fasilitas bserta keterbatasannya
dalam memenuhi kebutuhan peserta didik. Pemenuhan kebutuhan tersebut sifatnya individual maupun kelompok
dan memenuhi tuntutan dan kebutuhan sekolah. Standar tingkah
laku ini dibentuk melalui kontrak sosial antara sekolah/guru dan peserta didik,
norma atau nilai yang turunnya dari atas dan tidak dari bawah, jadi sepihak,
maka akan terjadi bahwa norma itu kurang dihormati dan ditaati. Oleh sebab itu,
dalam rangka mengelola kelas, norma berupa
kontrak sosial (tata tertib) dengan sanksinya
yang mengatur kehidupan didalam kelas, perumusannya harus dibicarakan atau
disetujui oleh guru dan peserta didik. Kebiasaan yang terjadi dewasa ini bahwa
aturan-aturan sebagai standar tingkah laku berasal dari atas (sekolah/guru).
Para peserta didik dalam hal ini hanya menerima saja apa yang ada. Mereka tidak
memiliki pilihan lain untuk menolaknya. Konsekuensinya terhadap kondisi
demikian memungkinkan timbulnya persoalan-persoalan dalam pengelolaan kelas
katrena pesertan didik tidak merasa turut membuat serta memiliki peraturan
sekolah yang sudah ada tersebut.
2. Usaha Yang
Bersifat Penyembuhan (Kuratif)
Kegiatan yang
bersifat penyembuhan mengikuti langkah sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi
masalah
Pada langkah
ini, guru mengenal atau mengetahui masalah-masalah pengelolaan kelas yang
timbul dalam kelas. Berdasarkan masalah
tersebut guru mengidentifikasi jenis penyimpangan sekaligus mengetahui latar
belakang yang membuat peserta didik melakukan penyimpangan tersebut.
b. Menganalisis
masalah
Pada langkah
ini, guru menganalisis penyimpangan
peserta didik dan menyimpulkan latar belakang yang membuat peserta didik melakukan
penyimpangan tersebut, selanjutnya
menentukan alternatif penanggulangannya.
c. Menilai alternatif-alternatif
pemecahan
Pada langkah
ini guru menilai dan memilih alternatif pemecahan masalah yang sesuai, kemudian memilih
alternatif pemecahan yang dianggap sudah tepat serta melaksanakannya.
d. Mendapatkan balikan
Pada langkah ini guru melaksanakan monitoring,
dengan maksud menilai keampuhan pelaksanaan dari alternatif pemecahan yang
dipilih untuk mencapai sasaran yng sesuai dengan yang direncanakan. Kegiatan kilas balik ini dapat dilaksanankan dengan diadakan pertemuan
dengan para peserta didik. Maksud pertemuan perlu dijelaskan oleh guru sehingga
peserta didik mengetahui serta menyadari bahwa pertemuan diusahakan dengan
penuh ketulusan, semata-mata untuk perbaikan, baik untuk peserta didik maupun
sekolah.
D.
Rancangan Pengelolaan Kelas
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, Rancangan berasal dari kata rancang
yang artinya membuat gambar bentuk bangunan secara kasar (hanya garis-garis
besarnya), menyusun kerangka karangan (dalam pikiran, dengan catatan kasar
bagian-bagiannya), menyusun dalam pikiran tentang rencana pekerjaan yang akan
dilaksanakan. Rancangan
berarti apa yang dirancang. Rancangan dapat diartikan sebagai serangkaian
kegiatan yang disusun secara sistematis berdasarkan pemikiran yang rasional
untuk mencapai tujuan tertentu.[6]
Faktor-faktor
yang mempengaruhi penyusunan rancangan pengelolaan kelas:
1.
Pemahaman terhadap arti, tujuan dan
hakikat pengelolaan kelas, akan memberikan arah kepada apa, mengapa dan
bagaimana harus berbuat dalam pengelolaan kelas.
2.
Pemahaman terhadap hakikat siswa yang
dihadapinya. Yakni, setiap saat seorang siwa akan memperlihatkan sikap dan
tingkah laku tertentu dalam lingkungannya.
3.
Pemahaman terhadap bentuk
penyimpangan serta latar belakang tindakan penyimpangan yang dilakukan oleh
siswa, melalui identifikai masalah penyimpangan yang dihadapinya.
4.
Pemahaman terhadap
pendekatan-pendekatan yang dapat digunakan dalam pengelolaan kelas. Pemahaman
ini akan menambah kemampuan dalam menyesuaikan pendekatan tertentu dengan
masalah penyimpangan yang dilakukan oleh siswa.
5.
Pemilikan pengetahuan dan
keterampilan dalam membuat rancangan pengelolaan kelas.[7]
Kelima
faktor di atas merupakan hal-hal yang patut dipertimbangkan dalam penyusunan
rancangan pengelolaan kelas. Setelah rancangan tersebut disusun, hal yang
terpenting, yaitu proses pelaksanaannya. Peranan dan pengaruh guru menjadi
penting karena disamping kemampuan dan keterampilan guru dalam melaksanakan
rancangan, maka sikap, tingkah laku, kepribadian, serta kemampuan berinterksi
merupakan aspek yang perlu mendapat perhatian.
Langkah-langkah
proses pengelolaan kelas, antara lain:
1.
Memahami hakikat konsep dan tujuan
pengelolaan kelas.
2.
Menentukan masalahnya, preventif
atau kuratif
3.
Mempertimbangkan hakikat anak yang
memiliki tingkat pertumbuhan dan perkembangan sendiri, lalu memperhatikan
kenyataan penyimpangan perilaku yang ada.
4.
Menentukan masalahnya, individual
atau kelompok
5.
Menyusun rancangan pengelolaan
kelas, preventif individual atau kelompok.
6.
Menjabarkan langkah-langkah kegiatan
rancangan pengelolaan kelas.
7.
Melaksanakan rancangan yang telah
disusun, dimana fungsi dan peranan guru sangat menentukan.[8]
E. Tehnik Pengelolaan Kelas
Adapun
tehnik-tehniknya sebagai berikut:
1.
Tehnik mendekati, bila seorang siswa mulai bertingkah,
satu teknik yang biasanya efektif yaitu teknik mendekatinya.
2.
Teknik memberikan isyarat. Apabila
siswa berbuat penakalan kecil, guru dapat memberikan isyarat bahwa ia sedang
diawasi isyarat tersebut dapat berupa petikan jari, pandangan tajam, atau
lambaian tangan.
3.
Teknik mengadakan humor. Jika insiden itu kecil, setidaknya
guru memandang efek saja, dengan melihatnya secara humoristis, guru akan dapat
mempertahankan suasana baik, serta memberikan peringatan kepada si pelanggar
bahwa ia tahu tentang apa yang akan terjadi.
4.
Teknik tidak mengacuhkan. Untuk
menerapkan cara ini guru harus lues dan tidak perlu menghukum setiap
pelanggaran yang diketahuinya. Dalam kasus-kasus tertentu, tidak mengacuhkan
kenakalan justru dapat membawa siswa untuk di perhatikan.
5.
Teknik menghimbau. Kadang-kadang
guru sering mengatakan, “harap tenang”. Ucapan tersebut adakalanya membawa
hasil; siswa memperhatikannya. Tetapi apabila himbauan sering digunakan mereka
cenderung untuk tidak menggubrisnya.[9]
Dalam
pengelolaan kelas, guru juga bisa melakukan pengorganisasian kelas, melakukan
kegiatan komunikasi, kegiatan monitoring dan seperti apa ketika menyampaikan
pembelajarannya.
1. Pengorganisasian
kelas, antara lain:
a. Mengatur
tempat duduk, sehingga memudahkan siswa memandang ataupun berpindah.
b. Membuat
jadwal harian dan mendiskusikannya.
c. Siswa
diberi janji sampai guru memaparkan secara jelas kegiatan yang akan datang.
d. Mendorong
siswa untuk bertanggung jawab dalam belajar untuk tidak mengerjakan tugas-tugas
siswa lainnya.
e. Menetapkan
kegiatan rutin untuk mengumpulkan pekerjaan rumah
f. Melakukan
kompetisi kelompok untung merangsang transisi yang lebih banyak lagi.[10]
2. Kegiatan
komunikasi
Dalam kegiatan komunikasi ini dapat
berupa Sending skills, keterampilan-keterampilan yang disampaikan kepada siswa,
sseperti: melakukan perjanjian dengan segera, berbicara langsung dengan siswa,
berbicara dengan santun. Dan juga dapat berupa Receiving skills, bentuk
keterampilan yang diterimakan kepada siswa yang terdiri dari: tidak menilai apa
yang didengar tetapi bersifat empatik, agar membuat pendengar jelas upayakan
aktif dan reflektif dalam mendengar, lakukan tatap muka dan selalu
memperhatikan informasi nonverbal, sarankan kepemimpinan yang kuat dengan
menggunakan gesture, ekspresi wajah dan gerakan badan.[11]
3.
Kegiatan monitoring, diantaranya:
a.
Tangani secara tenang dan cepat
apabila terdapat perilaku siswa yang mengganggu di kelas.
b.
Ingatkan kembali kepada siswa
tentang prosedur dan aturan kelas.
c.
Ciptakan agar siswa patuh terhadap
prosedur dan aturan kelas.
d.
Berikan penjelasan terhadap siswa
bahwa akibat gangguan tersebut akan mendapatkan konsekuensi khusus.
e.
Lakukan konsekuensi untuk kelainan
perilaku siswa secara konsisten.
f.
Adakalanya terdapat satu atau dua
siswa yang mengganggu kelas, upayakan siswa lainnya tetap fokus terhadap tugas.[12]
Dalam menyampaikan pembelajaran, guru
biasanya melibatkan siswa dalam menilai pekerjaannya maupun kegiatan
pembelajaran, mengajukan pertanya’an dan berikan waktu untuk berpikir sebelum
disuruh menjawab, serta memberikan semangat, ciptakan antisipasi dan lakukan
berbagai kegiatan yang meningkatkan minat dan motivasi siswa.[13]
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam proses pengelolaan kelas,
kehadiran guru sangat berperan penting karena dengan kreatifitasan guru
menjadikan proses belajar mengajar di dalam kelas lebih efektif dan efisien.
Guru melakukan pengelolaan kelas terlebih dulu harus melalui prosedur tertentu,
seperti: melakukan prosedur preventif (pencegahan), dan prosedur kuratif
(pencegahan). Prosedur preventif ini bisa dilakukan dengan cara meningkatkan
kesadaran diri sebagai guru, meningkatkan kesadaran pada siswa, sikap polos dan
tulus dari guru, mengenal dan menemukan alternatif pengelolaan, menciptakan
kontrak sosial. Sedangkan, prosedur kuratif dilakukan dengan mengidentifikasi
masalah, menganalisis masalah, menilai alternatif masalah, mendapatkan balikan
atau bisa disebut kilas balik.
Selain dari segi prosedural nya,
harus ada rancangan pengelolaan kelas agar nantinya sesuai dengan proses pengelolaan kelas itu sendiri. Adapun
faktor penyusunan rancangan meliputi: pemahaman arti, tujuan dan hakikat
pengelolaan kelas; pemahaman terhadap hakikat siswa yang dihadapinya; pemahaman
bentuk penyimpangan yang dilakukan siswa; pemahaman terhadap
pendekatan-pendekatan pengelolaan kelas; pemilikan pengetahuan dan
keterampilan. Seorang guru yang mempunyai kreatifitas yang mumpuni adakalanya
dalam melakukan proses pengelolaan kelas dengan menggunakan tehnik-tehnik
pengelolaan kelas yang kreatif pula, seperti pengorganisasian kelas yang cara sederhananya
dengan mengatur tempat duduk siswanya, kemudian guru melakukan kegiatan
komunikasi berupa sending skill maupun receiving skill, dan melakukan
kegiatan monitoring didalam kelas.
B. Saran
Mata kuliah ini sangat penting bagi calon seorang guru,
sehingga penulis berharap agar
dosen juga mengarahkan apabila dalam pemaparan isi dan lainnya kami melakukan
kesalahan. Saran penulis terhadap pembaca yaitu pembeca hendaknya memahami isi
makalah ini karena materi yang ada di dalamnya dapat digunakan sebagai bahan
ajar ketika mengajar di SD/MI.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 1986. Pengelolaan Kelas dan Siswa. Jakarta: Rajawali.
Mulyasa, E. 2005. Menjadi Guru Profesional.
Bandung: Rosda Karya.
Mulyasa. 1990. Menjadi Guru
Profesional. Bandung: Rosda
Karya.
Nawawi, Hadari, 1989. Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas. Jakarta: Haji Masagung.
S, Suryosubroto.
Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka
Cipta.
Sodikin, dkk. 2002. Manajemen
Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:
Airlangga.
Sodikin, dkk. 2002. Manajemen
Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Airlangga.
Sudarwan, Danim. 2006. Visi
Baru Manajemen Sekolah. Jakarta: Bumi
Aksara.
Suhardan, Dadang. 2009. Manajemen Pendidikan. Bandung:
Alfabeta.
Suryosubroto, S. 2002. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Vern jones dan Louise Jones. 2002. Manajemen Kelas Komprehensif. Jakarta: Kencana.
Aktivitas Diskusi Kelompok
Hari/tanggal :
Kelompok : 2
Tema/Topik :
Penyaji |
: |
|
|||
Moderator |
: |
|
|||
Anggota Kelompok |
1. Alfina
Aghniya Fitri |
||||
2.
Dika Ayu Rahmawati |
|||||
|
3. Dwi
Rodhifah |
||||
PERTANYAAN |
PENANYA |
PENANGGAP |
|
||
|
|
|
|
||
|
|
|
|
||
|
|
|
|
||
|
|
|
|
||
|
|
|
|
||
|
|
|
|
||
|
|
|
|
||
[1]
Mulyasa, Menjadi Guru Profesional , Bandung: Rosda Karya, 1990, hal. 82
[2]
Suharsimi Arikunto, Pengelolaan Kelas dan Siswa, Jakarta: Rajagrafindo
Persada, 1996, hal. 67
[3] Hadari Nawawi, Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas, Jakarta: Haji Masagung, 1989, hal.
114
[4] S
Suryosubroto, Proses Belajar
Mengajar di Sekolah, Jakarta: Rineka Cipta, 2002, hal. 134.
[5] Dadang Suhardan, Manajemen Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2009, hal.
199.
[6]
Vern jones, Louise Jones, Manajemen
Kelas Komprehensif, Jakarta: Kencana, 2012, hal. 41
[7] Ibid.,
hal 42
[8] Sodikin, dkk. Manajemen Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Airlangga, 2002, hal. 58.
[9]
Mulyasa. Menjadi Guru Profesional, Bandung: Rosda Karya, 1990, hal. 101
[10]
Suharsimi Arikunto. Pengelolaan Kelas dan Siswa, Jakarta: Rajawali, 1988, hal. 67
[11]
Danim Sudarwan. Visi Baru Manajemen Sekolah, Jakarta: Bumi Aksara, 2006,
hal. 104
[12] Suryosubroto S. Proses Belajar
Mengajar di Sekolah,. Jakarta: Rineka Cipta, 2002, hal. 142
[13]
Sodikin, dkk. Manajemen Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Airlangga, 2002, hal. 66
0 Comments