Makalah Pentingnya Memahami Perkembangan Peserta Didik

    A.    Hakikat Perkembangan, Kematangan, Pertumbuhan dan Perubahan

Istilah perkembangan sering kali disejajarkan dengan pertumbuhan, perubahan dan kematangan. Ini berarti ketiganya memiliki keterkaitan atau bahakan berhubungan sebab-akibat. Oleh karena itu untuk memahami konsep perkembangan secara utuh komponen-komponen tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1.      Perubahan dalam perkembangan

Manusia tidak pernah dalam kondisi statis. Manuisa senantiasa mengalami perubahan, baik dalam fisik ( proporsi ukuran tubuh, tinggi, berat dan sebagainya) maupun kemampuan psikologis (bicara, kecerdasan, emosi, dan sebagainya)pendapat tersebut sudah sejak lama disampaikan oleh Jean Piaget bahwa struktur yang ada pada manusia tidak pernah statis, meskipun komponennaya sudah ada semenjak awal.

Dengan demikian, istilah perubahan merujuk pada adanya perbedaan kondisi setelah melewati rentang waktu. Perubahan berkaitan dengan fungsi dan kematangan biologis dan psikologis sehingga terjadi pada periode yang lebih lama dan umum. Misalnya struktur tulang pada manusia yang sudah ada sejak lahir, tetapi selama proses kehidupannya akan mengalami perbedaan baik dari panjang maupun ukuran besarnya. Begitu juga dengan kemampuan bicara yang terus berubah. Artinya manusia yang normal akan selalu mengalami perubahna-perubahan yang mengakibatkan munculnya konsekuensi atau dampaktertentu yang sangat kompleks, baik dalam kemampuan maupun ketrampilan

2.      Kematangan dalam perkembangan

Kematangan merujuk pada sebuah keadaan atau kemampuan tertentu yang tergantung pada pertumbuhan biologis dan psikologis. Pada aspek biologis karena bertambahnya pengetahuan dari beljar dan pengalaman. Kondisi ini dapat terjadi karena secara alamiah gen yang diwariskan membawa potensi-potensi tertentu. Oleh sebab itu, kematangan dalam perkembangan tidak dapat didasarkan hanya pada faktor keturunan, tetapi kondisi tertentu dan pengalaman atau belajar.

3.      Pertumbuhan dalam Perkembangan

A .E. Sinolungan mengatakan bahwa pertumbuhan perubahan secara kuantitatif. Jika bicara pertumbuhan maka bicara segala sesuatu yang dapat dihitung da di ukur. Pertumbuhan sering berbicara tentang ukuran fisik. Pertumbuhansecara khusus digunakan untk menggambarkan tentang bertambah besarnya ukuran badan dan fungsi  fisiik.

Pendapat lain mengatakan bahwa pertumbuhan merujuk pada perubahan-perubahan yang bersifat kuantitatif, yaitu peningjaan dalm bemtuk, ukuran, dan struktur. Katrakteristik pertumbuhan pda fisik bersifat meningkat, menetap, dan kemudian akan mengalami kemunduran sejalan dengan pertambahan usia. Berbeda dengan psikologis dalam bentuk pengetahuan, kkedewasaan, dan fungsi-fungsi psikologis lainnya ynag relatif berkelanjutan sepanjang rentang kehidupan.

4.      Perkembangan

Berbeda dengan konsep pertumbuhan, perkembangan lebih mengarah pada perubahan secara kualitatif. Perkembangan bukan sekedar penambahan fisik atau peningkatan kemampuan, mealinkan sebuah proses integrasi dari fisik dan psikologis dalam pola dan struktur yang kompleks.

Dengan demikian perkembangan dapat dipahami serangkaian perubahan yang berlangsung terus menerus dan bersifat tetap dari fungsi-fungsi jasmaniyah dan rohaniah yyang dimiliki individu menuju ketahap kematangan melalui pertumbuhan, pematangan dan belajar. Demikian dapat dipahami Bahwa perkembangan merupakan proses yang kompleks yang merupakan proses yang kompleks dari perubahan, keatangan, da pertumbuhan yang mencakup perubahan fisik  dan psikologis menuju ketrampilan yang lebih baik menuju penyesuaian.

 

    B.     Pentingnya Memahami Psikologi Perkembangan Peserta  Didik

Perkembangan peserta didik sering kali menjadi fokus kajian psikologi dan bimbingan konseling. Hal ini karena karakteristik pokok kegiatan layanan bimbingan psikologi serta bimbingan konseling itu sendiri sebagai proses pendampingan. Meskipun perkembangan peserta didik merupakan sebuah keniscayaan, pencapaan bentuk perkembangan yang optimal tetap membutuhkan pendampingan. Oleh sebab itu pemahaman tentang peserta didik pentik dipahami oleh pendidik.

Menurut Mussen,  Conger dan Kagen pembahasan psikologi perkembangan muncul  dan  perlu dipahami untuk mengetahui sebab -sebab yang melandasi terjadinya pertumbuhan dan perkembangan manusia. Pengetahuan tersebut penting bagi dunia pendidikan untuk melakukan rekayasa perubahan-perubahan ke arah yang lebih baik dan lebih terkendali. Lebih jauh, pengetahuan tersebut dapat dijadikan media mengurangi dampak negatif dari pola perkembangan yang tidak terkontrol

Mengacu pad idealitas tersebut, pemahamn psikologi perkembangan bertujuan untuk:

1.      Menjelaskan gambaran tentang perubahna yang sedang berkembang sesuai  dengan tingkat usia tertentu yang berlaku secara umum bagi naka-anak dimana saja dan dalam lingkungan soosial budaya mana saja.

2.      Menjelaskaan tentang perbedaan-perbedaan yang bersifat pribadi pada mas aperkembangan tertentu.

3.      Menjelaskan bentuk dan karakteristik penyimpangan tingkah laku yang dialami seseorang, seperti kenakalan, kelainan dan fungsi intelektual  psikologis lainnya.

4.      Menjelaskan perubahan perubahan yang khasdalam penampilan, perilaku, minat dan tujuan dari masing-masing periode perkembangan.

5.      Menemukan sebuah pemahaman tentang bagaimana sebuah perubahan yang dialami seseorang dan dampaknya terhadap tingkah laku yang muncul.

 

    C.     Fakta-Fakta Penting Perkembangan Peserta Didik

Manusia tidak pernah dalam keadaan statis. Sejak terjadi proses pembuahan hingga ajal tiba, manusia selalu berubah dan mengalami perubahan. Perubahan tersebut bisa menanjak, kemudian berada di titik puncak kemudian mengalami kemunduran. Setiap fase perkembangan peserta didik ditanggapi berbeda-beda oleh setiap pendidik maupun orang tua bahkan oleh individu itu sendiri. Misalkan saja orang akan cenderung beranggapan bahwa masa lalu selalu lebih baik  ketimbang masa kini. Ucapan ini terlontar ketika seseorang mengalami kesulitan dalam melakukan penyesuaian terhadap hal yang baru.

Selama proses perkembangan seorang anak ada beberapa ciri perubahan yang mencolokHurlock (1980: 5-9) menyatakan prinsip perkembangan yang sekaligus menjadi karakteristik dan fakta khas dari perkembangan, yaitu

1.      Dasar-dasar permulaan adalah sikap kritis

Prinsip pertama dalam perkembangan adalah sikap kritis. Banyak ahli psikologi menyatakan bahwa tahun-tahun prasekolah merupakan tahapan penting. Pada usia ini diletakkan struktur perilaku yang kompleks yang berpengaruh bagi perkembangan sikap anak pada masa selanjutnya. Misalnya penggunaan tangan kanan atau kiri, dengan latihan yang diberikan orangtua atau guru anak dapat menggunakan tangan kanan lebih baik daripada tangan kirinya. Kedua, perubahan cenderung terjadi apabila orang-orang  di sekitar anak memperlakukan anak dengan baik dan mendorong anak lebih bebas mengekspresikan dirinya. Sikap ini akan mendorong anak tumbuh dan berkembang. Ketiga ada motivasi yang kuat dari diri individu yang ingin mengalami perubahan. Misalnya anak yang malas berbicara tidak akan menjadi anak yang terbuka di masa yang akan datang.

2.      Peran kematangan dan belajar, Perkembangan dapat dipengaruhi oleh kematangan dan belajar.

Kematangan adalah terbukanya karateristik yang secara potensial sudah ada pada individu yang berasal dari warisan genetik individu, misalnya dalam fungsi yang telah diwariskan yang disebut phylogenetik (merangkak, duduk, dan berjalan). Belajar adalah perkembangan yang berasal dari latihan dan usaha. Melalui belajar ini anak-anak memperoleh kemampuan menggunakan sumber yang diwariskan ( phylogenetik ). Hubungan antara kematangan dan hasil belajar dapat dilihat dalam fungsi hasil usaha ( ontogenetik ) seperti menulis, mengemudi atau bentuk keterampilan lainnya yang merupakan hasil pelatihan.

3.      Mengikuti Pola Tertentu yang Dapat Diramalkan

Perkembangan mengikuti pola tertentu yang dapat diramalkan. Misalnya perkembangan motorik akan mengikuti hukum arah perkembangan ( cephalocaudal ) yaitu perkembangan yang menyebar ke seluruh tubuh dari kepala ke kaki ini berarti bahwa kemajuan dalam struktur dan fungsi pertama-tama terjadi di bagian kepala kemudian badan dan terakhir kaki. Hukum yang kedua perkembangan menyebar keluar dari titik poros sentral tubuh ke anggota-anggota tubuh ( proximodistal ). Contohnya kemampuan jari-jemari seorang anak akan didahului oleh keterampilan lengan terlebih dahulu.

4.      Semua individu berbeda

Tiap individu berbeda perkembangannya meskipun pada anak kembar. Anak-anak penakut tidak sama reaksinya dengan anak-anak agresif terhadap satu tahap perkembangan. Oleh sebab itu perkembangan pada tiap manusia berbeda-beda sehingga terbentuk individualitas. Walaupun pola perkembangan sama bagi semua anak, setiap anak akan mengikuti pola yang dapat diramalkan dengan cara dan kecepatannya sendiri.

Beberapa anak berkembang dengan lancar, bertahap langkah demi langkah, sedangkan lain bergerak dengan kecepatan yang melonjak, dan pada anak lain terjadi penyimpangan. Perbedaan ini disebabkan karena setiap orang memiliki unsur biologis dan genetik yang berbeda. Kemudian faktor lingkungan juga turut memberikan kontribusi terhadap perkembangan seorang anak. Misalnya perkembangan kecerdasan dipengaruhi oleh sejumlah faktor seperti kemampuan bawaan, suasana emosional, apakah seorang anak didorong untuk melakukan kegiatan intelektual atau tidak, dan apakah dia diberi kesempatan untuk belajar atau tidak.

Selain itu meskipun kecepatan perkembangan anak berbeda tapi pola perkembangan tersebut memiliki konsistensi perkembangan tertentu. Pada anak yang memiliki kecerdasan rata-rata akan cenderung memiliki kecerdasan yang rata-rata pula ketika menginjak tahap perkembangan berikutnya. Perbedaan perkembangan pada tiap individu mengindikasikan pada guru, orang tua, atau pengasuh untuk menyadari perbedaan tiap anak yang diasuhnya sehingga kemampuan yang diharapkan dari tiap anak seharusnya juga berbeda. Demikian pula pendidikan yang diberikan harus bersifat perseorangan, meskipun dilakukan secara klasikal atau kelompok.

5.      Setiap Perkembangan Mempunyai Perilaku Karateristik Karateristik tertentu

Dalam perkembangan juga dapat diramalkan, ini berlaku baik untuk perkembangan fisik maupun mental. Semua anak mengikuti pola perkembangan yang sama dari satu tahap menuju tahap berikutnya. Bayi berdiri sebelum dapat berjalan. Menggambar lingkaran sebelum dapat menggambar segi empat. Pola perkembangan ini tidak akan berubah sekalipun terdapat variasi individu dalam kecepatan per-kembangan. Pada anak yang pandai dan tidak pandai akan mengikuti urutan perkembangan yang sama seperti anak yang memiliki kecerdasan rata-rata. Namun ada perbedaan mereka yang pandai akan lebih cepat dalam perkembangannya dibandingkan anak yang memiliki kecerdasan rata-rata, sedangkan anak yang bodoh akan berkembang lebih lambat.

Perkembangan bergerak dari tanggapan umum menuju tanggapan yang lebih khusus. Misalnya seorang bayi akan mengacak-acak mainan sebelum dia mampu melakukan permainan itu dengan jari-jarinya. Demikian juga dengan perkembangan emosi, anak secara umum akan merespon dengan rasa takut pada suatu hal yang baru namun selanjutnya akan merepon ketakutan secara khusus pada hal yang baru tersebut. Perkembangan berlangsung secara berkesinambungan sejak dari pembuahan hingga kematian, namun hal ini terjadi dalam berbagai kecepatan, kadang lambat tapi kadang cepat. Perbedaan kecepatan perkembangan ini terjadi pada setiap bidang perkembangan dan akan mencapai puncaknya pada usia tertentu. Seperti imajinasi kreatif akan menonjol di masa kanak-kanak dan mencapai puncaknya pada masa remaja. Berkesinambungan memiliki arti bahwa setiap periode perkembangan akan berpengaruh terhadap perkembangan selanjutnya.

6.      Setiap Tahap Perkembangan Mempunyai Risiko.

Beberapa hal yang dapat menyebabkannya antara lain dari lingkungan anak itu sendiri. Bahaya ini dapat mengakibatkan terganggunya penyesuaian fisik, psikologis, dan sosial. Sehingga pola perkembangan anak tidak menaik tapi datar artinya tidak ada peningkatan perkembangan. Pada saat itu dapat dikatakan bahwa anak sedang mengalami gangguan penyesuaian yang buruk atau ketidakmatangan. Peringatan awal adanya hambatan atau berhentinya perkembangan tersebut merupakan hal yang penting karena memungkinkan pengasuh (orangtua, guru, atau pengasuh lainnya) untuk segera mencari penyebab dan memberikan stimulasi yang sesuai.

7.      Perkembangan dibantu rangsangan

Perkembangan akan berjalan sebagaimana mestinya jika ada bantuan berbentuk sitmulus dari lingkungan sekitarnya. Misalnya semakin rajin orangtua berbicara dengan anaknya semakin cepat anak-anak belajar berbicara. Pengalaman penulis dengan seorang anak yang malas bicara, ketika penulis menjadi guru anak berusia 5 (lima) tahun tersebut, setiap hari penulis menanyakan kabarnya atau menanyakan nama-nama benda kepadanya. Menjelang tamat Taman Kanak-kanak anak tersebut mulai senang berbicara.

8.      Perkembangan Dipengaruhi Perubahan Budaya

Kebudayaan mempengaruhi perkembangan sikap dan fisik anak. Anak yang hidup laki-laki dan perempuan akan berpengaruh terhadap perkembangan. Anak perempuan akan memilih mainan yang lebih sedikit membutuhkan kemampuan fisik, sehingga pertumbuhan fisiknya tidak sekuat fisik anak laki-laki. Anak laki-laki dituntut untuk tidak cengeng seperti anak perempuan, sehingga anak laki-laki menjadi lebih tegar dan pemberani dibandingkan anak perempuan.

9.      Harapan sosial pada setiap tahap perkembangan

Orangtua dan masyarakat memiliki harapan tertentu pada tiap tahap perkembangan anak. Jika tahap itu tercapai maka orangtua atau masyarakat akan berbahagia. Misalnya anak usia 1 (satu) tahun sudah pandai berjalan, jika sampai usia tersebut anak belum bisa berjalan, maka akan membuat gelisah orang-orang di sekitarnya

 

    D.    Aspek-Aspek Tugas Perkembangan Peserta Didik

Tugas perkembangan menurut Robert J. Havighurst adalah sebagian tugas yang muncul pada suatu periode tertentu dalam kehidupan individu, yang merupakan keberhasilan yang dapat memberikan kebahagiaan serta memberi jalan bagi tugas-tugas berikutnya. Kegagalan akan menimbulkan kekecewaan bagi individu, penolakan oleh masyarakat, dan kesulitan untuk tugas perkembangan berikutnya Menurut Havighurst setiap tahap perkembangan individu harus sejalan dengan perkembangan aspek-aspek lainnya, yaitu fisik, psikis serta emosional, social dan moral. Ada dua alas an mengapa tugas-tugas perkembangan penting bagi pendidikan. Pertama, membantu memperjelas tujuan yang akan dicapai sekolah. Pendidikan dapat dimengerti sebagai usaha masyarakat melalui sekolah, dalam membantu individu mencapai tugas-tugas perkembangan tertentu. Kedua, konsep ini dapat digunakan sebagai pedoman waktu untuk melaksanakan usaha-usaha pendidikan. Bila individu telah mencapai kematangan, siap untuk mencapai tahap tugas tertentu serta sesuai dengan tuntutan masyarakat, maka dapat dikatakan bahwa saat untuk mengajar individu yang bersangkutan telah tiba. Bila mengajarnya pada saat yang tepat maka hasil pengajaran yang optimal dapat dicapai..

Tugas perkembangan pada dasarnya muncul sebagai deskripsi terhadap kompetensi yang seharusnya dimiliki individu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya Seperangkat pengetuan, sikap, dan juga keterampilan yang merupakan tugas perkembangan dan yang mestinya dikuasai pada masa kanak-kanak akhir adalah sebagai berikut:

1.      Belajar menguasai keterampilan fisik dan motorik untuk permainan-permainan yang bersifat umum.

2.      Membentuk sikap yang sehat mengenai diri sendiri sebagai oraganisme yang sedang tumbuh dan berkembang.

3.      Belajar bergaul secara baik dengan teman-teman usia sebaya.

4.      Belajar memainkan peranan sesuai dengan jenis kelaminnya.

5.      Mengembangkan keterampilan-keterampilan dalam membaca,menulis, dan ber-hitung.

6.      Mengembangkan konsep-konsep yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.

7.      Mengembangkan pembentukan kata hati, moral, dan skala nilai

 

Menurut Havighurst setiap tahap perkembangan individu harus sejalan dengan perkembangan aspek-aspek lainnya, yaitu fisik, psikis serta emosional, social dan moral. Ada dua alas an mengapa tugas-tugas perkembangan penting bagi pendidikan.

1.      Membantu memperjelas tujuan yang akan dicapai sekolah. Pendidikan dapat dimengerti sebagai usaha masyarakat melalui sekolah, dalam membantu individu mencapai tugas-tugas perkembangan tertentu.

2.      Konsep ini dapat digunakan sebagai pedoman waktu untuk melaksanakan usaha-usaha pendidikan. Bila individu telah mencapai kematangan, siap untuk mencapai tahap tugas tertentu serta sesuai dengan tuntutan masyarakat, maka dapat dikatakan bahwa saat untuk mengajar individu yang bersangkutan telah tiba. Bila mengajarnya pada saat yang tepat maka hasil pengajaran yang optimal dapat dicapai           

     

    E.     Karakteristik Khas Perkembangan Peseta Didik SD

Secara umum, usia peserta didik di sekolah dasar berkisar antara 6/7-13/14 tahun. Dalam kajian psikologi perkembangan usia tersebut masuk pada akhir kanak kanak yang man apeserta didik sudah belajar bersosialisasi di lingkungan yang lebih luas. Pada tahap ini peserta didik mulai mengalihkan perhatiannya ke arah kerjasama dengan kelompok sepermainan. Artinya pada usia tersebut peserta didik mulai belajar bersosialisasi dengan lingkungan yang lebih luas, yaitu sekolah. Pada tahap ini peserta didik diharapkan memperoleh dasar pengetahuan yang penting  untuk keberhasilan diri pada kehidupan dewasa dalam bentuk penguasaan berbagai ketrampilan.

Masa SD merupakan periode yang sarat kejutan. Beberapa aspek yang engalami perkembangan signifikan antara lain keadaan fisik, ketrampilan, kemampuan berbahasa, kondisi emosional, sikap dan prilaku moral perilaku sosial kelompok, intelektual dan keagamaaan

1.      Pertumbuhan fisik

Pada masa kanak-kanak akhir, terutama akhir dari masa ini merupakan pertumbuhan yang lambat dan relatif seragam sampai terjadi perubahan pubertas (Hurlock, 1997 : 148).  Namun demikian bukan berarti secara fisik pada masa kanak-kanak akhir tidak ada yang menonjol. Meskipun pertambahan tinggi dan berat badan relatif lambat namun beberapa ketrampilan berkembangan dengan baik seiring dengan bertambahnya  tinggi badan individu.

2.      Perkembangan keterampilan

Ketergantungan dan kelekatan anak-anak pada orang tua sudah berkurang karena mereka sudah memiliki dunia dan kesibukan sendiri. Berkurangnya ketergantungan anak-anak pada orang tua disebabkan telah berkembangnya keterampilan mereka, yaitu:

a.       Keterampilan menolong diri sendiri

b.      Keterampilan menolong orang lain

c.       Keretampilan bersekolah 

d.      Keterampilan bermain

3.      Perkembangan intelektual

Pada masa kanak-kanak akhir, individu sudah dapat mereaksi rangsangan intelektual, atau melaksanakan tugas-tugas belajar yang menuntut kemampuan intelektual atau kemampuan kognitif, seperti membaca, menulis, dan berhitung. Menurut Syamsu Yusuf (2004 : 178), periode kanak-kanak akhir ditandai dengan berkembangnya tiga kemampuan, yaitu : mengklasifikasikan, menyu-sun, dan menghubungkan atau mengjitung angka-angka . Disamping itu pada akhir masa ini individu sudah memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah (problem solving) yang sederhana.

4.      Perkembangan kemampuan berbahasa

Fase kanak-kanak akhir merupakan fase di mana individu mengalamai perkembangan yang pesat dalam mengenal dan menguasai perbendaharaan kata yang mendasari kemampuan membaca dan berkomunikasi. Dengan kemampuan ini anak mulai tertarik untuk membaca dan mendengarkan cerita. Terdapat dua faktor yang mempengaruhi perkembangan kemampuan berbahasa (Syamsu Yusuf , 2004 : 179-180), yaitu :  Kematangan pada organ-organ yang berfungsi untuk berbicara dan proses belajar. Kedua proses ini berlangsung sejak masa bayi. Dengan adanya dua faktor tersebut individu dapat mengembangkan keterampilannya berbahasa sebagai berikut:

a.       Mampu berkomunikasi dengan orang lain.

b.      Mampu menyatakan isi hatinya (pereasaannya).

c.       Terampil mengolah informasi yang diterimanya.

d.      Mampu mengembangkan kepribadiannya, seperti dalam hal menyatakan sikap dan keyakinannya.

5.      Perkembangan emosi

Dalam aspek emosional, individu pada masa kanak-kanak akhir juga mengalami perkembangan yang menonjol, yang antara lain ditandai dengan munculnya kemampuan mengendalikan dan mengontrol ekspresi emosi. Dirinya mulai menyadari bahwa pengungkapan emosi yang kasar dan semaunya tidak dapat diterima oleh masyarakat.

Perkembangan emosi anak memerlukan lingkungan yang positif, baik itu lingkungan keluarga, sekolah maupun lingkungan tempat bermain. Bagaimana anggota keluarga mengekspresikan emosinya serta mewujudkan fungsi afetifnya, sangat berpengaruh pada perkembangan emosi anak, begitu juga dengan individu-individu yang ada dilingkungan sekolah maupun lingkungan dirinya bermain.

6.      Perkembangan moral

 Konsep moral (menyangkut benar dan salah secara etika) dikenal individu pertama kali dari keluarganya meskipun pada mulanya dirinya tidak mengerti akan hal itu. Seiring dengan perkembangan pada aspek intelektualnya, individu mulai dapat memahami konsep-konsep moral. Dan pada masa kanak-kanak akhir, terutama akhir dari masa ini, individu sudah dapat memahami untuk apa peraturan dibuat serta berusaha mentaati peaturan tersebut.

    F.      Promblematika Perkembangan Peserta Didik

Tugas tugas perkembangan memegang peranan penting untuk menentukan arah perkembangan yang normal. Oleh sebab itu, pa pun yang menghalangi penguasaan tugas perkembangan peserta didik dianggap sebagai bahaya potensial. “Maksud dari bahaya potensial adalah meskipun tidak terlihat secara langsung, dampaknya akan lebih terlihat dan semakin terasa berbahaya dimasa-masa yang akan datang. Bahkan menurut Gilbson dan Mitchell, kegagalan belajar peserta didik yang disebabkan pengabdian terhadap tugas-tugas perkembangan dapat memunculkan problem prilaku ketidaktepatan dalam belajar dan kemampuan bersosialisasi.

Menurut Havighurst, tugas perkembangan yang gagal dipenuhi oleh peserta didik dapat memunculkan ketidakbahagiaan, penolakan dari masyarakat, serta kesulitan menghadapi masa-masa berikutnya. Oleh sebab itu, pendidik perlu memberikanperhatian terhadap tahap dan aspek perkembangan peserta didiknya. Hal ini karena apabila kurang diperhatikan dapat memberikan ancaman terhadap masa depan peserta didik dalam bentuk bahaya potensial. Terdapat tiga macam bahaya potensial yang umumnya muncul dan berhubungan dengan tugas-tugas dalam perkembangan, sebagai berikut:

1.      Harapan-harapan yang kurang tepat, baik dari individu itu sendiri maupun lingkungan sosial. Wujudnya adalah mengharapkan periklaku yang tisdak mungkin terwujud dalam pada fase perkembangan pada saat itu karena keterbatasan kemampuan fisik maupun psikologis.

2.      Melangkahi tahap perkembangan tertentu sebagai akibat kegagalan menguasai tugas-tugas perkembangan tertentu sebelumnya. Wujudnya adalah adanya kritis yang dialami individu ketika melewati satu tingkat ke tingkatan perkembangan yang lain mengandung bahaya potensial ketiga yang umum yang muncul dari tugas-tugas itu sendiri.

3.      Kesulitan melewati tugas-tugas perkembangan pada masanya. Hal ini karena sekalipun individu berhasil menguasai sekelopok tugas-tugas baru yang tepat untuk tahap berikutnya pasti akan membawa ketegangan dan tekanan yang dapat membawanya pada sebuah krisis multiaspek.

Ketiga kondisi tersebut sering kali memicu munculnya permasalahan baru pada peserta didik, terutama pada aspek mental psikologis. Menurut Surya, terkait dengan permasalahan psikologis peserta didik disekolah meliputi kesulitan dalam belajar, permasalahan disiplin, bahkan memunculkan kenakalan. Kondisi tersebut pada dasarnya hanya bersifat bahaya potensial.

Bahaya tugas perkembangan sangat berbahaya karena selain mengancam aspek fisik juga psikologis. Alasan utama terkait hal ini tidak lepas dari fase perkembangan peserta didik usia sekolah dasar yang merupakan fase kritis serta penuh dengan perubahan secara progresif. Bahkan tingkat aktivitas yang tinggi, berisiko membahayakan fisik maupun psikis. Menurut Elizabeth Hurlock,terdapat beberapa gambaran singkat tentang bahaya perkembangan siswa usia sekolah dasar, sebagai berikut:

1.      Bahaya Potensial dalam Bicara

Paling tidak terdapat tiga bahaya dalam aspek bicara peserta didik yang jika tidak diperhatikan akan berdampak pada muncunya permasalahan-permasalahan baru. Ketiga bahaya tersebut menurut Hurlock antara lain:

a.       Kurangnya Penguasaan Kosakata

Penguasaan kosakata yang kurang dibandingkan teman seusianya akan menghambat sosialisasi dan komunikasi, sehingga anak akan tersingkir dari lingkungan dan gagal menjadi bagian masyarakat yang diakui eksistensinya.

b.      Salah Ucap Bahkan Gagap dalam Berbicara

Kondisi in secara psikologis akan memicu munculnya rasa minder,kurang percaya diri, dan konsep diri yang menarik diri dari lingkungan sosialnya.

 

c.       Pembicaraan yang Sering Egosentris

Gaya bicara egosentris cenderung lebih sering merendahkan peserta didik lain sehingga apabila kurang perhatian, akan memunculkan image sombong pada peserta didik dan akhirnya berdampak pada penolakan-penolakan sosial karena teman-temannya sering merasa tersinggung dan tersakiti.

2.      Bahaya Potensi Emosi

Emosi dapat dipahami sebagai sebuah perasaan dan pikiran khas yang menyangkut keadaan psikologis, biologis, dan kecenderungan lainnya untuk bertindak atau melakukan sesuatu. Bahaya emosi yang cenderung muncul pada masa ini adalah sikap emosi yang kurang matang. Bentuk bahaya ini dapat berupa ekspresi emosi yang berlebihan dalam bentuk amarah yang meledak-ledak atau cemburu yang tidak raional. Dampak yang muncul akibat keadaan ini adalah anak akan memiliki stereotipe pemarah sehingga teman sebaya akan menjauh.

3.      Bahaya Potensi Sikap dan Prilaku Sosial

Bahaya potensial pada sikap dan prilaku sosial tidak lepas dari bahaya potensial aspek kepribadian peserta didik sering kali menjadi sumber bahaya sosial itu sendiri. Menurut Hurlock, terdapat paling tidak lima bahaya sosial.

a.       Kurangnya belajar sosialisasi karena lebih sering ditolak oleh lingkungan.

b.      Dikuculkan karena memiliki banyak perbedaan dengan teman-temannya terutama kepribadian secara fisik maupun kondisi-kondisi psikologisnya.

c.       Tingkat mobilitas yang lebih tinggi dibanding kelompoknya justru memicu penolakan dari kelompok.

d.      Peserta didik yang terkena isu perbedaan SARA.

e.       Sikap ingin memimpin dan diakui kepemimpinanya sehingga peserta didik cenderung dengki.

4.      Bahaya Potensial dalam Bermain

Masalah bermain sering memunculkan masalah konsep diri dan pengembangan kreativitas. Bahaya potensial bermain sering dipengaruhi oleh aspek ketrampilan, sikap dalam bermain, dan dipengaruhi oleh aspek ketrampilan, sikap dalam bermain, dan pengaruh lingkungan bermain seperti orangtua, masyarakat, dan teman. Menurut Hurlock, sumber permasalahan ini anatara lain:  

a.       Kurangnya kesempatan olahraga dan permainan menjadikan terasing dari kelompok seusia. Kurangnya kesempatan tersebut sering kali muncul karena pola asuh orang tua yang cenderung otoriter dan sangat ketat, serta minimnya kesempatan untuk bermain karena ketrampilan dan kondisi fisik yang kurang mendukung.

b.      Larangan melakukan khayalan dan kegiatan permainan kreatif menjadikannya penurut dan kaku. Kondisi ini sangat dipengaruhi pola asuh orang tua dan lingkungan tempat bermain. Ketika lingkungan tidak memberikan kesempatan dan sarana bermain secara kreatif, peserta didik hanya akan menjadi siswa yang biasa-biasa saja dan kurang meemiliki kreativitas.

5.      Bahaya potensial konsep diri dan Kepribadian

Konsep diri dan kepribadian merupakan satu kesatuan yang memengaruhi perkembangan peserta didik. Konsep diri yang terlalu ideal sering memunculkan rasa tidak puas terhadap perlakuan dari lingkungannya. Bahkan, jika ia mengikuti pandangan stereotipe sosial yang ada dilingkungannya akan berdampak buruk terhadap penyesuaian diri mereka.

Adapun bahaya potensial kepribadian akan muncul ketika perkembangan peserta didik tidak diperhatikan, yaitu terkait dengan konsep diri yang buruk serta sifat egosentrisme. Konsep diri yang buruk menyebabkan penolakan lingkungan dan penghindaran sosial, sedangkan egoentrisme sering kali mengesampingkan dan merendahkan peserta didik lainya sehingga sering melukai perasaan teman sepermainan karena dianggap menghina.

6.      Bahaya Potensial Perkembangan Moral

Bahaya moral tidak lepas dari perkembangan intelektul, sosial, serta faktor belajar dan pengalaman didalam keluarga. Baik atau buruknya sikap moral peserta didik dimasa depan, akan sangat dipengaruhi kondisi lingkungan saat ini dengan berbagai macam kompleksitasny. Dengan demikian, yang dikhawatirkan adalah munculnya sikap moral yang cenderung negatif pada peserta didik. Menurut Hurlock, penyebab berkembangnya moral yang negatif tersebut, antara lain:

a.       Nor,a moral peserta didik yang lebih banyak mengacu pada kelompok teman dan media massa, sedangkan sedikit sekali peran orang tua dan sekolah dalam memberikan norma dan stadar moralnya.

b.      Kurang perhatian dan pndampingan sehingga gaga;ll mengembangkan kata hati sebagai pengawas perilaku, misalnya peserta didik kurang kontrol dan menurunnya fungsi-fungsi edukasi dari keluarga. Anak dibiarkan tumbuh dan berkembang dengan asuhan media televisi dan pembantu, sedangkan sekolah lebih banyak menekankan aspek kognitif.

c.       Kurangnya atas bentuk perilaku moral yang harus dipegang teguh da dilakukan karena adanya ketidakdisiplinan dan kosistensi lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat dalam aplikasinya.

d.      Dukungan kelompok terhadap perilaku menyimpang semakin kuat dan jauh lebih besar dibandingkan dukungan kelompok terhadap nilai-nilai moral yang lebih baik.

7.      Bahaya Potensial Minat dan Motivasi

Bahaya potensial aspek minat dan motivasi adalah kurangnya minat dan motivasi untuk melakukan aktivitas, permainan, atau kegiatan yang dianggap penting oleh kelompok. Selain itu, potensi yang menghambat minat dan motivasi adalah kurangnya perhatian lingkungan terhadap aktivitas peserta didik. Misalnya, kurangnya perhatian diri dalam bentuk kesehatan dan sekolahnya memicu munculnya masalah sosial yang lebih besar karena sakit atau sebagainya.

    G.    Bimbingan Konseling sebagai Layanan pendampingan Tugas Perkembangan

Perkembangan peserta didik secara umum menjadi latar belakang perlunya BK sebagai bentuk pendampingan dalam pendidikan. Hal ini tidak lain agar proses perkembangan yang dilalui peserta didik tidak pernah lepas dari aspek-aspek yang mempengaruhinya, baik aspek fisiologis, psikologis, sosial budaya masyarakatnya, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, bahkan pola interaksi dengan lingkungan sosial alamnya. Oleh sebab itu, diperlukan bimbingan dan konseling untuk membantu peserta didik mencapai perkembangan yang sehat dilingkungannya.

Pembangunan manusia yang bermutu menjadi tanggung jawab dunia pendidikan. Pendidikan dengan berbagai lingkungan dan kebijakannya bertanggung jawab terhadap terhadap proses perkembangan peserta didik. Namun, fakta dilapangan justru bahwa proses pendidikan yang fokus secara kognitif akademis saja belum menunjukkan perubahan yang signifikan. Pendidikan yang cenderung menekankan aspek kognitif yang diimbangi afektif dan psikomotorik belum mampu menghasilkan peserta didik yang tangguh untuk menanggulangi permasalahan-permasalahan peserta didik seperti keresahan dan kegelisahan, pelanggaran disiplin, dan penggunaan bahan adiktif semisal narkoba. Salah satu jalan yang mungkin bisa ditempuh adalah membangun pendidikan yang akan menciptakan manusia seutuhnya. Hal ini dikarenakan memang pendidikan pada jenjang sekolah dasar hanya bertujuan untuk memberikan bekal kemampuan besar bagi peserta didik untuk menjalani dan mengembangkan kehidupan sebagai pribadi, anggota keluarga, dan masyarakat.

Oleh sebab itu, perlu dudkungan bagi dunia pendidikan terhadap upaya pengembangan kepribaian, sosial, sistem nilai, intelektual, bahkan nilai oral dan keagamaan. Catatan yang kemudian perlu diperhatikan adalah pendampingan tersebut selayaknya dilakukan sejak peserta didik masih duduk dibangku sekolah dasar atau TK dan PAUD. Menurut Eric Erikson, tujuannya agar peserta didik kelak ketika dewasa tidk mengalami permasalahan-permasalahan kepribadian yang berarti lalu muncul pertanyaan, siapa yang bertanggung jawab? Maka jawabnya adalah guru pembimbing atau guru BK.

Permasalahan yang kemudian muncul adalah posisi guru pembimbing di SD yang secara struktural sampai saat ini belum jelas bahkan belum ada. Hal ini penting diperhatikan karena bimbingan dan konseling selalu dibutuhkan oleh peserta didik muali dari tingkat TK, SD, sampai Perguruan Tinggi. Meskipun dalam bentuk permasalahan dan bentuk layanannya, BK di SD akan jauh berbeda dengan tingkat dan jenjang pendidikan lainnya. Oleh sebab itu, menurut Gibson Mitchel dikarenakan setiap peserta didik akan selalu membawa catatan dari pengalaman dan belajarnya sejak pertama kali belajar, sekolah dasar sebagai lembaga sosialisasi dalam perkembangan peserta didk tetap memerlukan layanan bimbingan dan konseling dengan bentuk dan karakteristik khasnya.


Post a Comment

0 Comments